Program Integrated Farming Ketapang adalah program pemberdayaan masyarakat di wilayah Ketapang yakni sistem pertanian yang mengintegrasikan kegiatan sub-sektor pertanian (tanaman, ternak, dan ikan) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya lahan, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Program Integrated Farming Ketapang melibatkan peran aktif dari KUB Integrated Farming Ketapang yang berada di daerah Ketapang, Banyuwangi didasarkan pada pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk wisata pertanian terpadu dengan konsep voluntourism.
Kebaruan & Keunikan Program: Pengembangan Integrated Farming Ketapang didasarkan pada pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan tujuan diantaranya untuk wisata pendidikan ramah lingkungan dengan mengusung konsep voluntourism. Konsep ini memungkinkan pengunjung untuk belajar sambil berkontribusi pada masyarakat lokal melalui kegiatan sukarela sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat luas secara partisipatif. Konsep pemberdayaan ini menjadi baru dan unik di wilayah Ketapang.
Jenis dan Jumlah Kelompok Rentan yang Diberdayakan: Jenis dan jumlah kelompok rentan yang diberdayakan yakni meliputi anak rentan putus sekolah sebanyak 15 orang, kelompok perempuan rentan ekonomi sebanyak 20 orang, dan kelompok remaja rentan pengangguran sebanyak 30 orang. Dengan demikian, Program Integrated Farming Ketapang mampu memberdayakan masyarakat rentan sejumlah 65 orang.
Dampak Program untuk Lingkungan: Dampak Program Integrated Farming Ketapang secara lingkungan antara lain mampu memenuhi irigasi pertanian dalam sistem program dengan total debit 350 liter/menit dan dampak program berkontribusi pada upaya mengatasi polusi (pollution), perubahan iklim (climate change), dan hilangnya keanekaragaman hayati (biodiversity loss) atau sering disebut sebagai triple planetary crisis.
Dampak Program untuk Sosial: Dampak Program Integrated Farming Ketapang secara sosial yakni meningkatkan kohesifitas antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan program dan terbentuknya KUB Integrated Farming Ketapang dengan total ada 65 orang masyarakat rentan yang terlibat dalam program.
Dampak Program untuk Ekonomi: Dampak Program Integrated Farming Ketapang secara ekonomi dapat dilihat dari data kunjungan wisata edukasi tahun 2018-2024 sejumlah 1.865 orang. Hasil panen dari Integrated Farming Ketapang untuk tanaman sayur (selada dan pakcoy) sejak tahun 2021 sejumlah Rp13.000.000, tanaman obat sejak tahun 2022 sejumlah Rp2.500.000, tanaman jagung sejak tahun 2023 sejumlah Rp20.000.000, dan lobster sejak tahun 2021 sejumlah Rp7.000.000. Serta pendapatan dari sektor kuliner dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sejak tahun 2018 yakni sekitar Rp27.975.000.
Keberhasilan Program Mendorong Lahirnya Regulasi Baru: Regulasi baru sebagai hasil dari Program Integrated Farming Ketapang yakni edukasi dan larangan kepada warga untuk membuang sampah di pinggir sungai dan berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup sedang dalam tahap penyusunan bersama dengan pemerintah desa.
Keberhasilan Program Menjadi Sumber Pembelajaran: Program Integrated Farming Ketapang didasarkan pada pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan tujuan diantaranya untuk wisata pendidikan ramah lingkungan yakni wisata pertanian terpadu dengan konsep voluntourism. Paket kunjungan mencakup pendidikan pertanian untuk berbagai usia dan kebutuhan dengan beragam jenis kelas tematik. Dengan demikian, kegiatan Program Integrated Farming Ketapang mampu menjadi sumber pembelajaran lingkungan yang inklusif.
Transfer Pengetahuan Sesuai Core Competency: Transfer pengetahuan dari fungsi Engineering untuk pendampingan pembuatan desain pompa hidram dan fungsi Receiving, Storage, and Distribution (RSD) untuk pendampingan proses pembuatan pompa hidram dan pemeliharaan.
Kontribusi Program dalam Responsivitas Bencana dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim: Kegiatan program dalam kaitannya untuk mengatasi perubahan iklim antara lain melalui penanaman bibit pohon buah dan sayur serta tanaman obat keluarga yang dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan. Hal ini dapat memberikan dampak positif secara lingkungan dengan mengurangi emisi karbon dioksida maupun ekonomi melalui produk turunannya. Selain itu, melalui pemanfaatan teknologi ramah energi untuk pertanian dengan pemanfaatan pompa hidram untuk irigasi pertanian yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar minyak sehingga tidak menimbulkan emisi, serta pemanfaatan panel surya sebagai sistem untuk menghasilkan arus listrik dengan menangkap energi matahari tanpa proses pembakaran sehingga tidak menimbukan emisi dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Penulis : Chika Riyanti, dan Angelica Kintani